Rabu, 28 Januari 2009

Jangan Biarkan Rohani Berhenti


Oleh Pdp Tony Tedjo, M.Th*
“Bangsa Indonesia tidak hanya milik segolongan orang saja, melainkan milik bersama mulai dari Sabang sampai Merauke”

“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Lukas 2:11)

Gaung Natal sudah berkumandang, menandakan bahwa sudah memasuki hari-hari yang sibuk dengan pesta perayaan Natal. Perayaan Natal saat ini tidak hanya dimonopoli oleh umat Kristiani saja, mereka yang berbeda keyakinan pun turut merayakannya. Bahkan, Natal bagi sebagian kalangan dijadikan sebagai ajang bisnis untuk untung yang sebesar-besarnya.
Coba perhatikan toko-toko besar dan mal-mal yang mengubah suasana tempat perbelanjaan mereka menjadi suasana Natal, lengkap dengan pohon natal dan berbagai asesorisnya. Demi mendapatkan untung besar di penghujung tahun, mereka mengadakan diskon besar-besaran dan berbagai acara menarik dengan tema Natal. Sepertinya Natal sarat dengan kemewahan dan pemborosan. Benarkah demikian?
Bila kita melihat makna Natal yang sesungguhnya, ternyata peristiwa Natal itu sendiri penuh dengan kesederhanaan dan kesunyian. Lukas 2:15-16 mencatat bahwa Natal itu bermula dari kelahiran seorang bayi di kota Betlehem. Bayi tersebut dilahirkan bukan di istana raja, di penginapan atau tempat yang layak.
Sebaliknya, Dia dilahirkan di tempat yang hina, yaitu di kandang domba. Hal ini membawa pesan bahwa Yesus lahir ke dalam dunia tanpa memandang keberadaan seseorang. Apakah dia kaya atau miskin? Hina atau mulia? Terpandang atau sampah masyarakat? Semua orang di hadapan-Nya sama, yakni manusia sama-sama sebagai manusia berdosa yang memerlukan keselamatan dari-Nya (Roma 3:10, 23, 6:23).
Kehadiran Yesus yang adalah Allah, ke dalam dunia ini yaitu demi untuk menyelamatkan dosa-dosa manusia yang berdosa dan sudah seharusnya dibuang ke dalam Neraka. “… yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:6-8).
Setiap kali kita merayakan Natal kita selalu diingatkan bahwa kehadiran Natal selalu membawa pengharapan yang baru. Saya mencatatnya ada lima harapan kita di Natal tahun ini, yaitu:
Pertama, harapan untuk kesejahteraan dan keamanan bangsa. Berita-berita yang sering kita dengar bahwa tahun 2009 diprediksi sebagai tahun yang penuh dengan kesusahan dan bencana. Belum lagi menjelang PEMILU, biasanya terdapat berbagai teror bom dan rawan kerusuhan antar kelompok.
Namun, di atas semua hal negatif tersebut kita sebagai orang percaya memiliki pengharapan agar Allah memberkati bangsa ini sehingga diberikan kesejahteraan dan keamanan. Sehingga berbagai kerusuhan bisa dapat dihindarkan. Bagaimana caranya, kita harus mendoakan bangsa kita. Sebab kesejahteraannya merupakan kesejahteraan kita juga (Yeremia 29:7).
Kedua, harapan untuk tetap terjaganya kesatuan dan persatuan bangsa. Keberadaan NKRI sekarang ini sedang dipertaruhkan. Dengan disahkannya beberapa Undang-undang yang isinya mendiskriminasikan kaum minoritas, dapat mengakibatkan perpecahan. Beberapa daerah bahkan sudah mengancam akan mengundurkan diri dari NKRI apabila keadaan seperti ini dibiarkan saja.
Sebagai warga negara yang baik dan sebagai umat Allah, selain mendoakan agar NKRI ini tetap utuh di bawah ikatan Pancasila, kita juga perlu membangkitkan semangat nasionalisme. Bahwa bangsa Indonesia tidak hanya milik segolongan orang saja, melainkan milik bersama dari Sabang sampai Merauke. Sehingga kesatuan dan persatuan tetap terjaga. Yesus sendiri datang untuk membawa persatuan dan kesatuan.
Ketiga, harapan untuk keharmonisan keluarga. Sekarang ini ada banyak keluarga-keluarga, termasuk keluarga Kristen, yang menganggap perceraian sebagai hal yang biasa. Padahal firman Tuhan jelas-jelas melarang agar pasangan yang sudah diikat dalam tali pernikahan tidak boleh diceraikan. “Karena itu apa yang sudah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus 10:9).
Mengapa perceraian bisa terjadi? Karena sudah tidak adanya kasih di antara mereka. Itulah sebabnya, ada satu harapan, Yesus datang untuk memulihkan kasih dalam keluarga. Yesus mengadakan mukjizat pertama kali di kota Kana berkaitan dengan pemulihan keharmonisan dalam keluarga (Yohanes 2:1-11).
Keempat, harapan untuk sukses dan berhasil dalam karier. Mengapa sebagian besar orang gagal dalam kariernya? Karena mereka menaruh harapannya kepada manusia dan kekuatannya sendiri. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!” (Yeremia 17:5). Agar bisa berhasil, andalkanlah Tuhan saja. “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yeremia 17:7).
Kelima, harapan untuk bertumbuh dalam iman. Jangan biarkan rohani kita berhenti dan mengalami kemunduran. Bila hal ini dibiarkan akan berdampak buruk pada diri orang percaya tersebut. Harus ada upaya mencegahnya. Ambil komitmen untuk membaca Alkitab secara teratur dan perbanyak jam doa pribadi. Yesus datang untuk membaharui rohani kita. Sehingga kita dapat berbuah dan menjadi berkat bagi orang lain.
Natal membawa harapan baru. Bila semua harapan yang kita harapan seolah sia-sia, jangan putus asa. Ada harapan baru di dalam Yesus. Sebab Yesus datang untuk memberikan pengharapan kepada seluruh umat manusia. Janji-Nya bagi kita selaku orang percaya, “karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23:17).
Semoga di Natal ini harapan kita bersinar kembali, sebab Yesus datang memberikan harapan yang baru. Selamat Natal 25 Desember 2008 dan Tahun Baru 1 Januari 2009. Tuhan Yesus memberkati. [Purek III STT KHARISMA Bandung dan Ketua Komunitas Penulis Rohani (KPR) tony_kharis@yahoo.com atau anggi_1234@plasa.com --- dikutip dari Renungan Natal koran Jawa Pos, Kamis 25 Desember 2008]

Tidak ada komentar: