Jumat, 10 Oktober 2008

JURUS-JURUS MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN


Allah berjanji bahwa orang percaya pasti memiliki masa depan. Janji ini tertuang dalam Amsal 23:18 “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”. Ayat firman Tuhan ini memberikan suatu harapan bahwa bagi kita selaku orang percaya pasti ada masa depan. Masa depan kita tidak akan hilang. Sebab Allah merancangkan rancangan-Nya yang mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang dikasihi-Nya, bukannya mendatangkan kecelakaan. Rancangan damai sejahtera ini diberikan kepada orang percaya sehingga memiliki hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11).
Setelah mengetahui bahwa ada kepastian akan masa depan, maka tidak berhenti sampai di sini. Perjalanan masih panjang. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kita mengisi masa depan kita sehingga bisa lebih maksimal dan efektif. Menjadi orang yang bukan biasa-biasa saja, melainkan orang yang luar biasa. Tentunya dalam mencapai hal ini kita harus bersifat aktif dan proaktif, artinya tidak bermasa bodoh atau berdiam diri menunggu “durian jatuh”. Menyikapi hal ini, paling tidak disarankan tiga hal berikut:
Pertama, memakai kemampuan (talenta, bakat dan karunia) yang sudah Tuhan berikan kepada kita secara maksimal. Sehingga hasil yang diperolehpun hasil yang maksimal. Sebagai contoh, misalnya apabila Anda adalah seorang pelajar atau mahasiswa, maka tempuhlah studimu secara maksimal. Jangan cepat merasa puas hanya memperoleh gelar sarjana. Bila ada kesempatan, kenapa tidak kita mengambilnya untuk mengembangkan studi kita. Apalagi bila keuangan dan usia mendukung (masih muda). Maka jangan ambil pusing, maksimalkanlah potensi Anda untuk mencapai tingkat pendidikan yang tinggi (mencapai doktor bila dimungkinkan). Sebab ada perbedaan bila suatu bidang ditangani oleh seorang sarjana dibandingkan dengan seorang doktor yang merupakan pakar dibidangnya. Tentunya, hal ini membawa dampak yang lebih besar ketimbang hanya menjadi sarjana. Atau contoh lainnya, bila Anda mempunyai talenta bermain musik. Maka kembangkanlah itu. Bila dimungkinkan sekolah musik. Sampai Anda menjadi seorang yang ahli menguasai alat musik tersebut. Sehingga melalui permainan musikmu banyak orang diberkati, bahkan bila memainkan musik rohani banyak orang yang dimenangkan bagi Tuhan melalui permainanmu. Pada intinya, apapun karunia, bakat atau talenta yang kita miliki, pakailah semuanya itu untuk kemuliaan nama Tuhan saja.
Kedua, membagikan berkat yang sudah Tuhan berikan kepada orang lain yang membutuhkan. Berkat yang bisa dibagikan di sini ada dua hal, yaitu berkat jasmani dan berkat rohani. Berkat jasmani yang dibagikan bisa berupa makanan, barang, maupun uang. Kita yang sudah diberkati Tuhan dengan berkat yang lebih, bisa menyalurkan kepada mereka yang berkekurangan dan memerlukan. Sebab ada begitu banyak orang miskin atau orang yang memerlukan uluran tangan kita, agar mereka bisa bertahan hidup. Dengan demikian, orang-orang yang kita bantu bisa merasakan kasih Tuhan Yesus yang dibagikan melalui bantuan kita kepadanya. Sedangkan berkat rohani yang dibagikan adalah memberitakan Kabar Baik (Injil) bagi mereka yang tersesat dan sedang mencari jalan kebenaran. Bagi orang-orang yang di luar Tuhan, mereka perlu diceritakan bahwa ada berita bahagia. Keselamatan yang diberikan secara cuma-cuma oleh Allah kepada manusia yang berdosa. Cara yang sangat mudah adalah dengan menjadi terang dan garam di tengah lingkungan masyarakat di mana kita berada. Biarkan orang lain melihat perbedaan tersebut. Sehingga akhirnya mereka akan bertanya-tanya dan menanyakan sendiri kepada kita mengenai rahasianya. Di sinilah kesempatan bagi kita untuk menceritakan siapa Yesus Kristus itu. Mengapa Yesus mati di atas kayu salib. Dan jangan terlewatkan, bahwa Yesus menjaminkan diri-Nya bahwa Dia adalah Jalan keselamatan, Kebenaran, dan Hidup (Yohanes 14:6).
Ketiga, membekali diri dengan Alkitab (back to Bible). Alkitab dijadikan sebagai dasar dan sandaran dalam memberikan keputusan atau bertindak. Alkitab menjadi pelita dalam menerangi jalan hidup kita yang berada di tengah kegelapan dunia (Mazmur 119:105). Menjadikan kebiasaan membaca Alkitab sebagai gaya hidup. Membaca secara seksama, merenungkan, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekali firman Tuhan inilah maka kehidupan rohani kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran dunia yang pada ujungnya menuju kepada maut. Menghindarkan diri dari jerat-jerat ajaran sesat yang diajarkan oleh guru-guru palsu.
Memang, setelah menjalankan ketiga hal di atas, tidaklah membuat kita menjadi kebal terhadap godaan untuk tenggelam dalam geloranya. Akan tetapi paling tidak kita mampu bertahan dan bisa menghindari berbagai jerat-jerat maut yang ditawarkan oleh dunia dan oleh Iblis. Sehingga pada akhirnya masa depan kita benar-benar masa depan yang penuh harapan. (Tony Tedjo)

Rabu, 08 Oktober 2008

POTENSI DAN MANFAAT SELF-PUBLISHING

Tren penerbitan mandiri (self/independent publishing) sudah tak terbendung lagi. Kini, semakin banyak saja individu atau lembaga dari berbagai strata sosial dan ekonomi memanfaatkannya. Keberadan mereka, di satu sisi sungguh-sungguh semakin menggairahkan dinamika penerbitan nasional. Namun di sisi lain, menjamurnya penerbitan mandiri juga berarti “tercuri”-nya sebagian dari ceruk atau potensi pasar penerbitan-penerbitan umum. Walau begitu, sejauh tren tersebut semakin memperkaya khasanah perbukuan nasional, rasanya patut disambut positif.
Mengapa self/independent publishing menggejala bahkan bisa dikatakan semakin ngetren? Barangkali, itu merupakan pendobrakan atas dominasi cara penerbitan sebelumnya yang masih didominasi oleh penerbitan-penerbitan umum. Begitu kran demokrasi dibuka lebar-lebar, soal penerbitan pun bukan sesuatu yang sakral lagi dan sekarang semua orang bisa melakukannya.
Pada prinsipnya, keuntungan terbesar yang bisa diraih manakala kita menjadi self-publisher adalah pada kebebasan untuk menentukan apa pun bentuk, rupa, dan isi buku yang kita terbitkan nantinya. Namun demikian, ruang bebas itulah yang sejatinya bisa kita tarik-ulur untuk mendapatkan berbagai potensi dan manfaat lainnya. Saya coba ulas secara singkat di bawah ini.
1. Penampung tema-tema buku di luar mainstream penerbitan. Bukan rahasia lagi, salah satu alasan self-publishing adalah kesulitan penulis untuk mendapatkan penerbit yang mau menerbitkan naskahnya. Terlebih bila naskah tersebut tidak memenuhi standar kualitas atau tidak segaris dengan kepentingan, visi, dan misi penerbit. Terkadang, naskah-naskah yang membahas tema sangat spesifik, naskah peka dan bertendensi kontroversi, naskah sangat unik, naskah pembelaan (buku putih), atau naskah propaganda, kurang diminati penerbit umum.
Di sinilah alternatif self-publishing menjadi solusi. Kalau kita menjadi self-publihser, kita bisa menerbitkan naskah jenis apa pun sepanjang itu memenuhi kepentingan dan kebutuhan kita. Soal kualitas isi, format, kemasan, redaksional, dan hal teknis lainnya, kita sendirilah yang menetapkan. Bagi kalangan tertentu, sifat merdeka self-publishing tersebut begitu dinikmati dan dirasa mendatangkan kemanfaatan yang tak terbandingkan.
2. Manfaat branding institusi atau personal. Sudah tidak terbantahkan lagi, selain menjadi medium penyampai ide, pesan, dan gagasan, buku juga bisa dikemas sebagai communications tools. Bahkan belakangan, buku menjadi bagian atau pilihan dari strategi branding (penciptaan dan pengembangan merek diri). Buku adalah tenaga “humas” atau pemoles citra yang efektif, dan semakin sering menjadi pilihan alat untuk menggapai brand awareness pribadi maupun lembaga.
Nah, bila kita menjadi self-publihser, kita punya kuasa sepenuhnya untuk memanfaatkan potensi buku sebagai brand creator atau bahkan brand domination. Lihat bagaimana Hermawan Kartajaya yang biasa menggunakan penerbitan besar dan mapan, akhirnya toh membuat penerbitan mandiri demi semakin memoles brand MarkPlus&Co. Simak pula bagaimana Andrie Wongso mengukuhkan dominasi kiprah kemotivatorannya dengan penerbitan mandiri AW Publishing.
Ke depan, saya semakin yakin bahwa akan semakin banyak tokoh, lembaga, pribadi, atau kaum profesional yang memanfaatkan self-publishing sebagai leverage factor bagi kiprah publik atau karier mereka. Sebab, selain relatif lebih murah pembuatannya ketimbang pasang iklan di media massa cetak atau televisi, buku juga masih jauh lebih dihargai sebagai karya intelektual yang serius.
3. Manfaat iklan internal dan potensi iklan eksternal. Salah satu potensi yang belum banyak disadari atau dimanfaatkan oleh para self-publisher adalah potensi iklan dalam buku. Memang, pemanfaatan sebagian halaman buku bagi iklan internal (produk-produk sendiri) sudah umum sifatnya. Kebanyakan, iklan internal berisi judul-judul buku lain yang diterbitkan, iklan pelatihan, company profile, atau produk-produk penerbit mandiri lainnya yang masih relevan dengan judul buku.
Tetapi, potensi buku tema-tema tertentu dalam menggaet iklan atau sponshorship pihak luar tampaknya belum termanfaatkan secara maksimal. Padahal, buku-buku hobi, panduan, atau product knowledge selalu bersinggungan dengan produk-produk massal yang relevan. Ini berarti potensi iklan dan sudah selayaknya dimaksimalkan.
4. Potensi penjualan langsung. Salah satu alasan menarik mengapa sekarang begitu banyak profesional, lembaga konsultan, biro pelatihan, trainer, pembicara publik, pengajar, termasuk rohaniawan/pendakwah membentuk self-publishing adalah potensi penjualan buku secara langsung. Biasanya, kalau mereka menerbitkan buku di penerbitan umum, mereka hanya mendapatkan royalti sekitar 10 persen atau rabat pembelian langsung ke penerbit maksimal 30 persen (sebagian penerbit berani memberi diskon hingga 45 persen untuk pembelian tunai dalam jumlah besar).
Situasi akan berbeda hampir 180 derajat kalau mereka membuat penerbitan dan menerbitkan sendiri karyanya. Mereka bisa mendapatkan keuntungan maksimal atau nyaris bulat jika menerbitkan dan menjualnya sendiri. Seorang trainer, motivator, pembicara publik, atau pendakwah yang memiliki audiens/captive market yang jelas yang pasti jauh lebih mudah menjual sendiri bukunya. Saya menyaksikan, seorang pembicara publik bisa menjual buku sendiri 300-400 eksemplar sekali seminar selama dua jam. Bandingkan dengan rata-rata jumlah penjualan di toko buku dalam situasi normal. Jauh sekali, bukan?
5. Potensi bisnis penerbitan. Sebuah buku terbitan sendiri yang sukses atau laku keras jelas membuka peluang penerbitan buku-buku berikutnya. Dalam hitung-hitungan sederhana, sebuah judul buku yang laris (sekali cetak) hasilnya bisa digunakan untuk sekali cetak ulang dan cetak satu judul baru. Kalau lebih efisien lagi production cost-nya, perbandingannya bisa satu buku sukses kemudian menghasilkan sekali cetak ulang judul lama dan cetak lagi satu setengah judul baru. Rasio inilah yang bila dikelola dengan baik bisa mentransformasi self-publishing menjadi bisnis penerbitan berskala besar.
Nah, silakan menyimak kasus berikut ini. Untuk satu judul buku saja, ESQ, karya Ari Ginanjar yang diterbitkan sendiri itu bisa sampai tercetak 500.000 eksemplar lebih. Taruh saja asumsi sekali cetak sekitar 5.000 eksemplar (faktanya pasti lebih), berarti buku itu sudah 100 kali cetak. Masih dengan rasio sekali cetak untuk satu judul menghasilkan sekali cetak ulang dan sekali cetak satu judul baru, maka hitungan terkasar menunjukkan minimal ada 200 judul baru bisa diproduksi. Ingat, itu baru dari satu judul buku yang sukses fenomenal (mega-bestseller) dan meng-generate potensi penerbitan judul-judul baru lainnya.
Dari hitung kasar saya dan dengan harga konstan buku Rp45.000 (2001-2007), satu judul ESQ (baik diterbitkan sendiri atau misalnya diterbitkan penerbit lain) tadi sudah memberikan pendapatan royalti kepada penulisnya sebesar Rp2,125 miliar. Apabila self-publishing Ary Ginanjar menggunakan distributor berdiskon 50 persen, pendapatan yang diraih sebesar Rp10,625 miliar atau net profit Rp4,250 miliar (nyaris Rp50 juta per bulan).
Apabila separuh saja dari oplah 500.000 eksemplar itu dijual secara direct selling melalui pelatihan-pelatihan, maka pendapatan yang diraih mendekati Rp16 miliar. Atau, jika seluruh oplah buku tersebut dijual melalui direct selling, maka hasil yang dinikmati oleh penerbitan sendiri ini mencapai Rp21,250 miliar. Makanya, siapa bilang jadi penulis dan penerbit mandiri nggak bisa jadi miliarder he he he…?![ez]
* Edy Zaqeus adalah seorang editor profesional, konsultan, self-publisher, dan penulis buku laris Resep Cespleng Menulis Buku Bestseller (Fivestar, 2008). Ia dapat dihubungi melalui email: edzaqeus@gmail.com atau melalui website: www.pembelajar.com dan weblog: http://ezonwriting.wordpress.com. Catatan: Artikel ini telah dimuat sebelumnya di Majalah MATABACA Volume 6, No.12, Agustus 2008 (Edisi Khusus Ulang Tahun).

Selasa, 07 Oktober 2008

SEKILAS TENTANG PHELPS, SANG PEMECAH REKOR RENANG DI OLIMPIADE BEIJING 2008


Potensi manusia begitu besar dan tidak terbatas. Terbukti selalu Ungkapan Phelps sekaligus menjelaskan begitu besar keyakinannya untuk menang. Ia tidak membuang waktu untuk terus berpikir. Ia hanya berusaha berbuat sebaik mungkin. Jika Anda ingin berhasil, maka pastikan Anda selalu berbuat yang terbaik dan berusaha sekuat tenaga. Sejak 4 tahun yang lalu Phelps sudah optimis bakal meraih keberhasilan di olimpiade Beijing (2008). Sikap Phelps yang selalu optimis adalah salah satu faktor yang membuat pria tersebut selalu berusaha melakukan hal terbaik. Tak heran jika ia begitu bersemangat, mampu fokus pada hasil positif dan mengabaikan hal-hal yang kurang bermanfaat. “Saya senang bertanding. Saya suka berdiri di pinggir kolam renang lalu menyebur ke kolam renang bertanding dengan siapapun yang menjadi lawan saya,” katanya. Begitu besar kekuatan pikiran, terutama kekuatan pikiran bawah sadar. Phelps begitu optimis, artinya kondisi pikiran bawah sadar Phelps sudah terprogram bahwa ia pasti mampu meraih keberhasilan. Keyakinan yang begitu kuat membuat Phelps tak kenal lelah berlatih, penuh semangat, dan mampu melakukan yang terbaik. Hal serupa dapat terjadi pada kita, jika kita memiliki keyakinan yang kuat untuk berhasil. Keyakinan tak akan membuat kita membuang waktu percuma, karena ragu-ragu setelah melihat tantangan di depan. Keyakinan akan membuat kita mampu memfokuskan diri pada hal-hal yang bermanfaat dan mendukung usaha kita menciptakan prestasi mengagumkan. Sementara bila kita perhatikan, keberhasilan Phelps tak lepas dari orang-orang di sekitarnya. Mereka adalah orang-orang yang mendukung cita-cita Phelps tercapai, diantaranya adalah para ahli fisika yang mendesainkan pakaian renang ‘hiu’ untuknya. Diyakini bahwa pakaian renang tersebut memudahkan Phelps mengarungi air dan menambah kecepatan renangnya sampai 4%. Para ahli fisika itu adalah orang-orang penting di balik keberhasilan Phelps menciptakan rekor cemerlang di pesta olah raga akbar tersebut. Diantara orang-orang yang mematahkan semangat juang tentu masih ada orang-orang yang menyediakan dukungan dan membantu kita meraih keberhasilan. Berusahalah untuk membina hubungan yang baik dengan mereka. Karena peran mereka pasti sangat penting dalam membantu kita meraih keberhasilan. Sedikit kisah tentang Phelps telah menginspirasi begitu banyak hal yang dapat membantu kita mencapai keberhasilan di bidang yang kita inginkan. Seandainya kita mencermati, masing-masing diantara kita mempunyai semua kekuatan tersebut. Satu-satunya yang kita butuhkan lagi hanyalah keberanian untuk segera melangkah menciptakan keajaiban yang kita harapkan. *Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com ada rekor baru dalam setiap penyelenggaraan olimpiade. Dalam sejarah Olimpiade muncul para pemecah rekor yaitu Michael Phelps (perenang), Carl Lewis (pelari), Mark spitz (perenang), Paavo Nurmi (pelari jarak jauh) dan Larysa Latynina (pesenam peraih 9 medali emas). Michael Fred Phelps, kelahiran Baltimore-AS, berhasil merebut 8 medali emas, memecahkan rekor Mark Spitz yang pernah meraih 7 medali emas pada olimpiade Munchen tahun 1972. Puluhan medali emas selalu ia dapatkan dalam berbagai kompetisi kelas dunia, misalnya World Championships (Yokohama, Jepang 2002), Pan Pacific Championship (Kanada 2006), dan lain sebagainya. Prestasi Phelps menginspirasi kita begitu besar potensi di dalam diri manusia. Bahkan beberapa hal tentang Phelps berikut ini menjadi acuan penting untuk mengeksplorasi potensi tersebut. Salah satu yang dapat kita teladani dari pemuda usia 23 tahun ini adalah kebiasaan Phelps yang selalu fokus pada aktifitas-aktifitas penting untuk mencapai tujuan. Contohnya Phelps tidak berusaha melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain. Sebaliknya, ia hanya fokus untuk terus berlatih dan meningkatkan kemampuannya berenang cepat. “Saya mengerti jika saya berlatih sekeras mungkin dan melakukan sesuatu yang berbeda, maka saya akan baik-baik saja. Saya senang bertanding sebaik mungkin. Saya dapat mengontrol apa yang saya lakukan dan mempersiapkan diri sebaik mungkin, lalu saya akan senang. Hanya itu persoalannya,” kata Phelps saat diwawancara. Phelps sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum Olimpiade Beijing diselenggarakan. Selama lebih dari 300 hari sebelumnya Phelps sudah berlatih berenang. Bagi Phelps, tiada hari tanpa melatih kecepatan berenang, walaupun itu hari libur ataupun hari-hari istimewa lainnya. Phelps begitu yakin akan kemampuannya. Ia tidak merasa ragu untuk menyingkirkan penghalang yang dapat menghambat dirinya menuju kemenangan dengan terus berlatih tanpa kenal lelah. Begitupun bila kita ingin mengekplorasi potensi diri, buatlah semacam daftar hal-hal yang mungkin dapat menghambat produktifitas, menyebabkan pemborosan waktu dan energi, atau bahkan sumber stres. Usahakan untuk mengurangi sedikit demi sedikit sampai hambatan-hambatan itu benar-benar hilang. Milikilah komitmen yang besar untuk menciptakan perubahan. Jangan malas untuk terus berbenah dan mengerjakan tanggung jawab secara sistematis yang mendukung pencapaian kesuksesan. Dengan demikian prestasi terbaik sekalipun akan mudah diraih. Sebagaimana Phelps meyakini ia dapat mengontrol persiapan dan aktifitas yang ingin ia lakukan, meskipun ia tidak dapat mengontrol orang lain maupun hasil yang akan ia dapatkan. Ketika diwawancara Phelps menjelaskan bahwa tak ada hal penting yang ia pikirkan. Sebab ia mengaku tidak dapat bertanding sekaligus berpikir. Yang ada di benaknya hanyalah berusaha sebaik dan sekeras mungkin. “During the heat of competition is no time for thinking, it is a time for doing. – Di puncak kompetisi tak ada waktu untuk berpikir, itu waktu untuk berusaha,” tandasnya.
Ungkapan Phelps sekaligus menjelaskan begitu besar keyakinannya untuk menang. Ia tidak membuang waktu untuk terus berpikir. Ia hanya berusaha berbuat sebaik mungkin. Jika Anda ingin berhasil, maka pastikan Anda selalu berbuat yang terbaik dan berusaha sekuat tenaga. Sejak 4 tahun yang lalu Phelps sudah optimis bakal meraih keberhasilan di olimpiade Beijing (2008). Sikap Phelps yang selalu optimis adalah salah satu faktor yang membuat pria tersebut selalu berusaha melakukan hal terbaik. Tak heran jika ia begitu bersemangat, mampu fokus pada hasil positif dan mengabaikan hal-hal yang kurang bermanfaat. “Saya senang bertanding. Saya suka berdiri di pinggir kolam renang lalu menyebur ke kolam renang bertanding dengan siapapun yang menjadi lawan saya,” katanya. Begitu besar kekuatan pikiran, terutama kekuatan pikiran bawah sadar. Phelps begitu optimis, artinya kondisi pikiran bawah sadar Phelps sudah terprogram bahwa ia pasti mampu meraih keberhasilan. Keyakinan yang begitu kuat membuat Phelps tak kenal lelah berlatih, penuh semangat, dan mampu melakukan yang terbaik. Hal serupa dapat terjadi pada kita, jika kita memiliki keyakinan yang kuat untuk berhasil. Keyakinan tak akan membuat kita membuang waktu percuma, karena ragu-ragu setelah melihat tantangan di depan. Keyakinan akan membuat kita mampu memfokuskan diri pada hal-hal yang bermanfaat dan mendukung usaha kita menciptakan prestasi mengagumkan. Sementara bila kita perhatikan, keberhasilan Phelps tak lepas dari orang-orang di sekitarnya. Mereka adalah orang-orang yang mendukung cita-cita Phelps tercapai, diantaranya adalah para ahli fisika yang mendesainkan pakaian renang ‘hiu’ untuknya. Diyakini bahwa pakaian renang tersebut memudahkan Phelps mengarungi air dan menambah kecepatan renangnya sampai 4%. Para ahli fisika itu adalah orang-orang penting di balik keberhasilan Phelps menciptakan rekor cemerlang di pesta olah raga akbar tersebut. Diantara orang-orang yang mematahkan semangat juang tentu masih ada orang-orang yang menyediakan dukungan dan membantu kita meraih keberhasilan. Berusahalah untuk membina hubungan yang baik dengan mereka. Karena peran mereka pasti sangat penting dalam membantu kita meraih keberhasilan. Sedikit kisah tentang Phelps telah menginspirasi begitu banyak hal yang dapat membantu kita mencapai keberhasilan di bidang yang kita inginkan. Seandainya kita mencermati, masing-masing diantara kita mempunyai semua kekuatan tersebut. Satu-satunya yang kita butuhkan lagi hanyalah keberanian untuk segera melangkah menciptakan keajaiban yang kita harapkan. *Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com